KISAH SEBOTOL RED WINE
Sore itu, sang pemilik Red Wine meninggalkan aku sendiri ditengah keramaian dan dentuman music bar yang memekakkan telinga. Aku kebingungan dan tak tahu apa yang harus kulakukan, karena untuk pertama kalinya aku berada di tempat yang sangat asing bagiku.Biasanya tempatku hanya di kolong meja kerjanya, sekedar untuk menemani malam yang dingin.
Red Wine itu, sepertinya hanya sebotol sampah yang tak berguna, yang harus siap kapanpun akan dibuang. Sampai akhirnya aku terdampar di sudut etalase bar itu, itupun karena masih ada orang lain yang memungutku dan menganggap aku terlalu berharga untuk dibuang begitu saja.
Lalu seorang laki2 mendatangi meja bar, tepat didepanku. Tatapannya tertuju padaku, dan perlahan ia menggapaiku. Mungkin ia tertarik dengan warna merahku, atau mungkin oleh manisnya rasaku.
Aku tak mungkin berharap banyak pada laki2 di depanku, yang menurutku, tak mungkin ia membawaku karena aku tahu ia laki2 yang baik. Sedangkan aku, hanya Red Wine yang bisa memberikan kehangatan sesaat, atau sekedar minuman yang menghilangkan keruwetan sejenak, bahkan mungkin menimbulkan rasa mual yang berlebihan. Mungkin juga, karena hal itu jugalah yang menyebabkan aku dibuang dan akhirnya terdampar di tempat ini.
Yaah,….sebagai hiasan etalase bar, aku cukup bahagia bila melihat orang2 di sekitarku bahagia, sekalipun hanya kebahagiaan sesaat ketika melepaskan keruwetan. Tapi jauh di lubuk hatiku, aku berharap bahwa aku bukan sekedar Red Wine yang memabukkan……, yang hanya memberikan kehangatan dan kebahagiaan semu semata.****
Tinggalkan komentar